skip to main |
skip to sidebar
Iqro untuk masa lalu yang dicintai dan untuk pendidikan yang bernilai tinggi
Implikasi dari Sistem Pendidikan Islam di Nusantara Terhadap Perkembangan Semangat Kebangsaan di Nusantara
Diposting oleh Marfuah di 4/11/2013 06:43:00 AM
Pada awal abad ke-20, pesantren dengan
karakter sebagai lembaga pendidikan tradisional-antara lain dengan beerapa ciri
seperti kharisma pimpinannya (kiai) demikian kuat, dan fokusnya kepada
pengajian kitab kuning-pesantren selanjutnya muncul sebagai basis penyebaran
sistem madrasah di Indonesia. Pada masa-masa berikutnya, setelah mengalami
perjumpaan budaya dengan sistem pendidikan modern yang muncul bersamaan dengan
gerakan reformasi Islam di Indonesia-sebagaimana telah diperhatikan-pesantren
mengalami banyak perubahan. Meskipun sebagian besar pesantren masih
mempertahankan cirinya sebagai lembaga tafaqquh
fi al-din sebagai identitasnya.
Semakin disadari bahwa pendidikan merupakan aspek penting lain dari
reformisme Islam. Sekolah kenyataannya muncul sebagai wujud reformisme Islam.
Kaum Muslim reformis aktif mendirikan lembaga-lembaga pendidikan modern, di
samping mewacanakan gagasan-gagasan reformis. Begitu pula, sekolah dirancang
untuk memberikan pendidikan modern kepada umat Muslim, sebagai tanggapan terhadap
sistem tradisional pembelajaran yang
dinilai “tidak ada aturan”.
Sumatera Barat muncul sebagai wilayah pertama di Hindia Belanda yang
menjadi tempat bagi sekolah-sekolah modern. Pada tahun 1909, Haji Abdullah
Ahmad (1878-1933) mendirikan “Adabiyah School”. Adabiyah School menerapkan
sistem kelas, mengombinasikan mata pelajaran agama dan umum, dan menggnakan
merode dan proses belajar mengajar yang diadopsi dari sekolah Belanda. Walaupun
pada akhirnya berubah menjadi HIS Adabiyah dan hanya bertahan selama 6 tahun,
akan tetapi sekolah ini sudah mampu muncul sebagai permulaan sekolah Islam yang
modern.
Selain Adabiyah School, adapula Madras School (1910) oleh Syekh M. umar
Thaib di daerah Batusangkar, Diniyah School oleh Zainuddin labai al-Yunusi di
Padang Panjang, dan lainnya. Di Jawa eksperimen pendidikan Islam juga
berlangsung yang diprakarsa oleh organisasi yang berbasis agama seperti
Jamiatul Khair, Muhammadiyah, Persis, dan Nahdlatl Ulama. Karena basis
organisasi yang berbeda pula, maka lembaga pendidikan Islam Indonesia memiliki
tingkat keragaman yang sangat besar, terutama dari segi trans misi dan lingkup
ilmu-ilmu keislaman.
Berbeda dengan pesantren yang berfungsi
sebagai pusat pencetak ulama, , sekolah memusatkan perhatian pada penciptaan
Muslim terpelajar. Pada awal abad ke-20, Muslim terpelajar memang muncul
sebagai sebuah tipe kepemimpinan baru yang dibutuhkan masyarakat Muslim di
Hindia Belanda yang mampu menguasai pengetahuan Islam maupun sekuler. Bagi para
tokoh reformis, seperti Mukti Ali dari Muhammadiyah, Muslim terpelajarlah-bukan
ulama kolot- yang harus memimpin umat Muslim menuju alam kemajuan. Seperti
halnya sekolah-sekolah Muhammadiyah yang dirancang untuk tujuan berbicara atas
nama Islam di tengah-tengah elite Hindia Belanda didikan Barat.
Oleh karena itu, kemunculan sekolah Islam
modern menunjukkan serangan serius terhadap otoritas ulama pesantren. Tidak
hanya dengan metode dan bahan pengajaran baru yang mulai diperkenalkan ke
sekolah, tetapi juga dengan menciptakan elite agama baru selain ulama
tradisional. Dalam hal ini, para pendiri sekolah berperan dalam menciptakan
masyarakat Muslim baru, dengan sistem pendidikan serta keyakinan dan praktik
keagamaan yang berbeda dengan ulama pesantren.
Sehingga sistem pendidikan Islam di Nusantara
turut berperan di dalam perkembangan semangat kebangsaan di Nusantara dengan
mencetak Muslim yang terpelajar. Atau dapat dikatakan sebagai pencetak
intelektual-intelektual Muslim yang kemudian berperan didalam semangat
kebangsaan di Nusantara.
Sumber:
Agung, Leo & T. Suparman. 2012. Sejarah Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit
Ombak.
Burhanudin, Jajat.
2012. Ulama & Kekuasaan, Pergumulan
Elite Muslim dalam Sejarah Indonesia. Jakarta: Mizan Publika
Ricklefs, M. C.. 2009. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: PT Serambi Ilmu
Semesta.
Rifa’i, Muhammad.
2011. Sejarah Pendidikan Nasional dari
Masa Klasik hingga Modern. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Subhan, Arief. 2012. Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad ke-20, Pergumulan Antara Modernisasi dan
Identitas. Jakarta: Kencana Prenada Media Droup.
Label: Tulisan tentang PENDIDIKAN
0 Comments:
Siapa AKU?
- Marfuah
- Siapa AKU? Ku juga tak tahu...Mereka bilang aku mewarisi gen Kakek ku di darahku.Ku ingin lihat sebarapa banyak ku mewarisinya. Aku ingin ketika namanya disebut, maka namaku dengan bangga di sebut juga...
Tulisanku
Wikipedia
Hasil penelusuran