Pada awal abad ke-20, pesantren dengan karakter sebagai lembaga pendidikan tradisional-antara lain dengan beerapa ciri seperti kharisma pimpinannya (kiai) demikian kuat, dan fokusnya kepada pengajian kitab kuning-pesantren selanjutnya muncul sebagai basis penyebaran sistem madrasah di Indonesia. Pada masa-masa berikutnya, setelah mengalami perjumpaan budaya dengan sistem pendidikan modern yang muncul bersamaan dengan gerakan reformasi Islam di Indonesia-sebagaimana telah diperhatikan-pesantren mengalami banyak perubahan. Meskipun sebagian besar pesantren masih mempertahankan cirinya sebagai lembaga tafaqquh fi al-din sebagai identitasnya.
Semakin disadari bahwa pendidikan merupakan aspek penting lain dari reformisme Islam. Sekolah kenyataannya muncul sebagai wujud reformisme Islam. Kaum Muslim reformis aktif mendirikan lembaga-lembaga pendidikan modern, di samping mewacanakan gagasan-gagasan reformis. Begitu pula, sekolah dirancang untuk memberikan pendidikan modern kepada umat Muslim, sebagai tanggapan terhadap sistem tradisional pembelajaran yang  dinilai “tidak ada aturan”.
Sumatera Barat muncul sebagai wilayah pertama di Hindia Belanda yang menjadi tempat bagi sekolah-sekolah modern. Pada tahun 1909, Haji Abdullah Ahmad (1878-1933) mendirikan “Adabiyah School”. Adabiyah School menerapkan sistem kelas, mengombinasikan mata pelajaran agama dan umum, dan menggnakan merode dan proses belajar mengajar yang diadopsi dari sekolah Belanda. Walaupun pada akhirnya berubah menjadi HIS Adabiyah dan hanya bertahan selama 6 tahun, akan tetapi sekolah ini sudah mampu muncul sebagai permulaan sekolah Islam yang modern.
Selain Adabiyah School, adapula Madras School (1910) oleh Syekh M. umar Thaib di daerah Batusangkar, Diniyah School oleh Zainuddin labai al-Yunusi di Padang Panjang, dan lainnya. Di Jawa eksperimen pendidikan Islam juga berlangsung yang diprakarsa oleh organisasi yang berbasis agama seperti Jamiatul Khair, Muhammadiyah, Persis, dan Nahdlatl Ulama. Karena basis organisasi yang berbeda pula, maka lembaga pendidikan Islam Indonesia memiliki tingkat keragaman yang sangat besar, terutama dari segi trans misi dan lingkup ilmu-ilmu keislaman.
Berbeda dengan pesantren yang berfungsi sebagai pusat pencetak ulama, , sekolah memusatkan perhatian pada penciptaan Muslim terpelajar. Pada awal abad ke-20, Muslim terpelajar memang muncul sebagai sebuah tipe kepemimpinan baru yang dibutuhkan masyarakat Muslim di Hindia Belanda yang mampu menguasai pengetahuan Islam maupun sekuler. Bagi para tokoh reformis, seperti Mukti Ali dari Muhammadiyah, Muslim terpelajarlah-bukan ulama kolot- yang harus memimpin umat Muslim menuju alam kemajuan. Seperti halnya sekolah-sekolah Muhammadiyah yang dirancang untuk tujuan berbicara atas nama Islam di tengah-tengah elite Hindia Belanda didikan Barat.
Oleh karena itu, kemunculan sekolah Islam modern menunjukkan serangan serius terhadap otoritas ulama pesantren. Tidak hanya dengan metode dan bahan pengajaran baru yang mulai diperkenalkan ke sekolah, tetapi juga dengan menciptakan elite agama baru selain ulama tradisional. Dalam hal ini, para pendiri sekolah berperan dalam menciptakan masyarakat Muslim baru, dengan sistem pendidikan serta keyakinan dan praktik keagamaan yang berbeda dengan ulama pesantren.
Sehingga sistem pendidikan Islam di Nusantara turut berperan di dalam perkembangan semangat kebangsaan di Nusantara dengan mencetak Muslim yang terpelajar. Atau dapat dikatakan sebagai pencetak intelektual-intelektual Muslim yang kemudian berperan didalam semangat kebangsaan di Nusantara.

Sumber:
Agung, Leo & T. Suparman. 2012. Sejarah Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Burhanudin, Jajat. 2012. Ulama & Kekuasaan, Pergumulan Elite Muslim dalam Sejarah Indonesia. Jakarta: Mizan Publika
Ricklefs, M. C.. 2009. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.
Rifa’i, Muhammad. 2011. Sejarah Pendidikan Nasional dari Masa Klasik hingga Modern. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Subhan, Arief. 2012. Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad ke-20, Pergumulan Antara Modernisasi dan Identitas. Jakarta: Kencana Prenada Media Droup.

0 Comments:

Post a Comment



 

Copyright © PENDIDIKAN + SEJARAH = AKU. Template created by Volverene from Templates Block
WP by Simply WP | Solitaire Online